WIND RIVER (2017)


Plotnya sederhana, namun menghanyutkan. Membuat kita menyelami pikiran sendiri, memilah-milah akan apa yang (mungkin) telah kita perbuat atau kita saksikan di sekeliling kita. Pembangunan alur yang perlahan tapi pasti membuat kita terjebak, saat kita menyadarinya ia sudah menjadi bola salju yang besar dan siap menghantam kita kapan saja. 

Tempatnya sunyi, dingin, kerap di landa badai salju ganas. Wind River, reservasi buku Indian di Wyoming adalah panggung sempurna untuk menggulirkan misteri kasus pembunuhan. Ini adalah tempat yang sama dengan perbatasan Amerika/Meksiko di Sicario atau gurun Texasnya Hell or High Water. Sejatinya Wind River bercerita tentang yang kuat memangsa yang lemah. Situasi serupa seperti yang di terapkan di Sicario dulu, namun bedanya kali ini yang lemah bukannya tanpa perlawanan.


Kita diperlihatkan gadis berpakaian tipis tanpa mengenakan alas kaki berlarian di tengah malam, ia lari mati-matian seperti menghindari sesuatu yang sangat mengerikan. Satu hal yang pasti, suatu hal yang berbahaya sedang mengintainya hingga ia nekat berlari hingga udara dingin merusak paru-paru lalu membuatnya tewas. Beberapa hari kemudian almarhumah yang kita tahu namanya Natalie (Kelsey Asbille) di temukan oleh Cory Lambert (Jeremy Renner), seorang petugas hutan yang dimintai warga untuk memburu singa gunung yang memakan ternak. Cory kenal dengan almarhumah lantaran gadis Indian tersebut teman karib anaknya, Emely, yang tiga tahun lalu meninggal akibat penyebab serupa. Hasil visum mengatakan jika sebelum tewas Natalie menjadi korban pemerkosaan. Karena TKP-nya tanah reservasi Indian, maka kasus ini menjadi kewenangan FBI karena di anggap sebagai kriminal federal. Disini Taylor Sheridan menyentil protokol dan birokrasi yang ribet. Tim forensik setempat tak bisa menuliskan pemerkosaan sebagai sebab kematian, karwna secara teknis ia (Natalie) meninggal akibat cuaca dingin. Yang mewakili agen FBI hanya seorang wanita bernama Jane Banner (Elizabeth Olsen) karena kasus tersebut kembali dilimpahkan ke polisi lokal.

Begitulah penjabaran filmnya, Sheridan membangun filmnya dengan perlahan, tanpa terburu-buru. Plot sederhana di bawakannya dengan tenang sehingga kita mampu mencengkram kuat lokasi dan karakternya. Naskah tulisan Sheridan jarang meluap-luap baik itu emosi ataupun kejutan tapi punya kekuatan yang solid. Baris dialog pintar kerap menghampiri memancing kita tuk menyelami masing-masing kalimatnya, kejelasan tiap karakter, hingga penempatan presisi kapan menggiring penonton pada kenyataan, kapan pula menyuguhkan jawaban seutuhnya. Ibarat makanan, Sheridan paham betul kapan waktunya menyajikan sajian pembangkit selera, dimulai dengan "menu utama" berupa konflik yang menyenangkan dan dessert yang menutup segalanya dengan rasa memuaskan.

Barisan ansamble memberikan kontribusi penuh, terutama Jeremy Renner, ia memberikan penampilan terbaiknya setelah The Hurt Locker, penampilannya menarik, karakternya tak menunjukkan banyak ekspresi, tapi kita semua bisa merasakan tumpukan emosi yang di bawanya. Penjabaran sesungguhnya dari tenang di luar bergejolak di dalam. Elizabeth Olsen tampil memikat sebagai "domba" yang sedang dihimpit keadaan, jika Blunt di Sicario pasrah akan keadaan maka Olsen sanggup menekankan bahwa sang tokoh di tengah ketidakpahaman itu memilih tuk menyesuaikan diri dan menjadi bertambah kuat. Gil Birmingham sebagai ayah Natalie hanya muncul pada dua kesempatan, namun sukses menyampaikan luapan duka dan perenungan penggugah rasa.


Ceritanya boleh jadi yang paling blak-blakan secara naratif antara trilogi Sheridan, dengan suguhan monolog dan dialog puitis yang banyak untuk menangkap subteks dan apa yang karakternya rasakan. Namun ada sesuatu yang mengagumkan dari caranya bercerita. Setiap sorotan gambar, perkembangan plot, setiap interaksi karakter, semuanya terkendali. Dan juga, selain pertunjukan misteri mencengkram, Wind River tambah memikat berkat ajakannya terkait kehidupan. Kasus pembunuhan yang terjadi sejatinya adalah jalan menyampaikan pesan itu. Mengutuk pembunuh yang merenggut kehidupan, menekankan perjuangan korban mendapatkan haknya mempertahankan kehidupan, dan kekuatan para kerabat yang pasca ditinggalkan terus berusaha melanjutkan kehidupan. Di balik permukaannya yang dingin menusuk tulang, sunyi, mencekam, kelam, sejatinya Wind River masih menyimpan harapan dan kehangatan.

WIND RIVER : 4/5
111 menit : dewasa
RIZALDI : 27 September 2017

Sutradara : Taylor Sheridan
Penulis : Taylor Sheridan
Pemain : Jeremy Renner, Elizabeth Olsen, Kelsey Asbille

Comments