WARKOP DKI REBORN : JANGKRIK BOSS PART 2 (2017)


Dilandasi keinginan untuk mengeruk keuntungan berlebih, Falcon Pictures membuat keputusan yang acapkali berimbas pada kualitas, membagi film menjadi 2 bagian. Meski sutradara Anggi Umbara sesumbar jika Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! Part 2 memiliki materi dan sedari awal wacananya untuk membagi film ini menjadi dua. Meski demikian khalayak masih dirundung aura pesimistis mengingat kejadian yang menimpa Comic 8: Casino King yang memiliki ketimpangan kualitas, satu bagian padat berisi dan satu bagian lagi terasa seperti pelengkap yang terkesan dipanjang-panjangkan.


Bagi jalian yang belum sempat menyaksikan Jangkrik Boss! Part: 1 namun langsung ingin menonton Jangkrik Boss! Part: 2 tak perlu risau akan tersesat dalam penceritaan. Sebelum kisah petualangan Dono (Abinama Aryasatya), Kasino (Vino G. Bastian) dan Indro (Tora Sudiro) mencari kode harta karun di Malaysia bersama Sophie (Hannah Al Rasyid) anggota CHIPS cabang Perancis kita akan diajak me-refresh memori masa silam sejenak dengan memperlihatkan rentetan kejadian yang terjadi pada Part sebelumnya. Setelah recap usai, film digulirkan tepat setelah mereka kehilangan seorang perempuan cantik berbaju merah yang disinyalir membawa kode harta mereka. Berdasarkan informasi yang dihimpun dari tas milik si perempuan, mereka diarahkan menuju perpustakaan pusat di Pulau Langkawi. Disana kuatret asal Indonesia ini akhirnya berjumpa dengan siempunya tas yang ternyata seorang peneliti, Nadia (Nur Fazura) namanya. Menyadari banyaknya informasi berharga dan status juga profesinya, trio DKI dan Sophie memutuskan untuk mengajak Nadia ikut serta berburu harta karun, dengan iming-iming bagi hasil. Kode harta yang mereka bawa lantas menuntun mereka ke sebuah pulau tak berpenghuni di ujung barat. Berbagai peristiwa seram nan konyol ikut mewarnai petualangan petualangan mereka.

Ide Anggi  bersama penulis Bebe Dion Rajagukguk dan Andri Awwe Wijaya sejatinya cukup segar, namun kerap berlarut-larut. Sering kali menurunkan efektivitas. Adegan perpustakaan adalah contoh nyata. Untungnya setumpuk anmunisi lain telah disiapkan.
Sebelum era "jalan-jalan ke pantai melihat cewek seksi" film Warkop mencapai puncak kualitas lewat beragan bentuk. Manusia 6.000.000 dolar adalah sci-fi, Chips satir sosial bercampur cerita kepolisian, Depan Bisa Belakang Bisa kental unsusr detective, sampai petualangan di IQ Jongkok dan horor dalam Setan Kredit. Kedua judul terakhir penjadi pondasi utama Jangkrik Boss! Part: 2 yang sesampainya pada klimaks "banting setir" ke ranah fantasi imajinatif (sebelum ditutup oleh ending begitu tiba-tiba). Seperti karya Anggi Umbara sebelumnya, transisinya kasar seketika tumpah semata-mata demi twist tak terduga. Namun ada faktor lain yang bermakna: homage.


Pada dasarnya Jangkrik Boss merupakan bentuk penghormatan kepada legenda yang ambisius meleburkan setumpuk film beserta gaya bercanda Warkop DKI. Jika part 1 adalah bentuk pengenalan "bentuk" DKI kepada generasi millenial berikut cara ngelabanya juga bentuk nostalgia serta peng-akrab-an kembali untuk para penggemar setianya dengan wujud baru. Hanya sebatas pengenalan, hampir sebagian durasi dibentuk layaknya sketsa berisi kumpulan lawakan yang memadukan lawakan lawas dengan kreasi baru. Konflik belum benar-benar dimunculkan—baru hanya pemicu—barulah pada Part 2 penonton diperlihatkan para prontagonis utama dihadapkan persoalan sesungguhnya. Tak seperti (maaf) Comic 8: Casino King yang terkesan repetitif, tergolong kosong dan hanya jadi pelengkap, Warkop DKI Reborn: Part 2 mempunyai jalinan kisah cukup memadai dan mengikat buat diikuti untuk diterjemahkan menjadi satu film, setidaknya pertkataan Anggi Umbara ada benarnya juga.

Dua pertiga awal Jangkrik Boss! Part: 2 berlangsung hit-and-mis akibat ingin menciptakan humor seaneh mungkin. Beberapa langsung datar, termasuk repetisi lelucon meta, kala atas dasar tribute, filmnya (terlalu) sering breaking the fourth wall yang mana termasuk kebolehan Warkop DKI dulu. Pilihan Anggi layak dikagumi kala dia memutuskan untuk meninggalkan "jalur aman" dengan membuat jalurnya sendiri. Terlebih "adegan Soto" yang membayar lunas sederet kekurangan lain, sekaligus mengingatkan betapa keunggulan warkop terletak pada jeluwesan improvisasi mengolah kata dalam komedi verbal. Kecerdasan kelakar yang sayangnya tertutup citra "film cewek seksi berbikini di pantai" akibat banyak pihak lebih familiar dengan Warkop era Soraya yang mendominasi televisi.


Trio Amibana, Vino, Tora masih tampil bagus seperti part 1, meski harus diakui jika daya kejut hasil perubahan ketiganya otomatis berkurang, tak seperti part 1. Saran saya sebaiknya hindari iklan Luwak White Coffe yang menampilkan Abimana sebelum menyaksikan Jangkrik Boss! Part 2 LoL. Abimana tampil bagus dengan tranformasi peran terbaik di perfilman kita, ia mampu memancing tawa meski hanya berdiri diam. Vino kian apik memasang ekspresi. Salah satu penyebab "adegan soto" bekerja begitu baik adalah respon konyol miliknya. Tora mengakali karakterisasi Indro yang belum sesolid dua rekannya lewat totalitas kejenakaan ditiap kesempatan. Seperti penyerang yang mampu memanfaatkan peluang sekecil apapun untuk mengkreasi gol, sewaktu humor tak dapat konsisten bekerja maksimal ketiganya membuat Jangkrik Boss! Part: 2 menyengangkan untuk disimak.

Jangkrik Boss! Part: 2 : 3.5/5
110 menit : remaja
RIZALDI : 1 September 2017

Sutradara : Anggi Umbara
Penulis : Bebe Dion Rajagukguk, Andri Awwe Wijaya
Pemain : Abimana Aryasatya, Vino G. Bastian, Tora Sudiro, Nur Fazia, Hannah Al Rasyid

Comments