DEATH NOTE (2017)


Sebagai fans berat karya Takeshi Obata bersama Tsugumi Ohba, satu kata yang bisa saya berikan untuk menggambarkan Death Note versi Amerika, BENCANA. jika saja saya menemukan buku death note hal pertama yang saya tulis adalah judul film ini sendiri.

Kesalahan fatal saat Shinigami (dewa kematian) Ryuuk menjatuhkan bukunya di Amerika. Yang menemukannya bocah dungu pula. Ketika pertama kali melihat Ryuuk tokoh utama berteriak sekencang-kencangnya dengan ekspresi menggelikan. Maaf Natt Wolf, kita bukan sedang casting untuk scary movie. Film ini mencoba untuk serius, iya serius. Memang ada gak yang bercanda saat mereka membahas tentang meniru kehendak tuhan? namun hasilnya malah seakan-akan mereka sedang membuat sebuah parodi, namun sayangnya saya bingung mau ketawa dimana.

Garis besarnya seperti di manga, Light yagami (Natt Wolf) menemukan sebuah buku bercover kulit dengan judul Death Note. Banyak nama yang tak penting namun terdapat beberapa aturan didalamnya yang intinya; 1 kita dapat memebunuh seseorang hanya dengan menulis nama sambil mengingat wajahnya. 2. Si empunya buku dapat mengatur bagaimana si korban akan mati jika ia menulis sebab/alasan kematian korbannya tersebut sebelum 3 menit pasca nama korban tertera di buku.
Membuat sebuah film adaptasi yang tak melulu mengikuti kisah aslinya sah-sah saja selama itu dapat diterima juga tak merusak karya aslinya. Sutradara Adam Wingard pernah berujar jika setting-an Death Note asli terlalu ke-Jepang-an dan tak diadaptasi mentah-mentah ke Hollywood. Jadi bersama penulis Charles Parlapanides, Vlas Parlapanides, Jeremy Slater, ia melakukan penyesuaian agar lebih relevan dengan sosiopolitis Amerika.
Dengan alasan untuk memunculkan perspektif baru, diamerikanisasi lah salah satu mahakarya ini, oke bisa diterima, termasuk whitewashing juga tentunya.
Dan poin yang bisa saya tangkap dari Death Note versi Amerika ini adalah. 

Bullying, menjadi anak SMA di Amerika ternyata harus menjadi berandal agar populer, jika kalian pintar maka bully lah yang akan menemuimu setelahnya. Bertolak belakang dengan Manga-nya, oke tidak masalah karena alasan "Amerikanisasi", Light seharusnya ototmu yang dilatih bukannya otak. 

• Pacar vrooh, SMA itu saatnya kita cari pacar, pacar adalah prestasi tertinggi di sekolah, makanya setelah menemukan "Death Note", Light segera memberitahukan semuanya termasuk keberadaan Ryuuk, kepada gadis yang di pujanya. Gadis paling hot di sekolah, Mia (Margaret Qualley). Awalnya saya berpikir jika Mia menggantikan sosok Misa Amane di manga. Namun kepribadiannya berbeda, Mia tak bisa dimanfaatkan seperti Misa, yang ada malah Mia lebih psikopat daripada Light. Dan Light? Ia tampak menyedihkan dan tak bisa apa-apa disampingnya Mia.

Broken home, tak lengkap rasanya tinggal di Amerika jika keluargamu tidak hancur berantakan. Ibunya meninggal dan hubungan Light dengan ayah (Shea Wigham) yang seorang kepala polisi sangat buruk.

• Brutalisme, sepertinya Light terlalu seeing menonton Final Destination dan jadi terinspirasi darinya. Lihat saja pembunuhan pertama yang melibatkan preman sekolah, memang wajar dari sekian banyak ia menjadi korban pertama lantaran beban batin yang diterima Light selama ini. Namun sekuens kematian yang dibuatnya itu .... Apakah penonton Amerika memang secandu itu dengan darah dan potongan tubuh?


Pasangan Light Mia membuat semua aksi mereka agar dilihat dan dipuja orang dengan menciptakan figur tuhan berjuluk "Kira", namun aksi mereka memancing seorang detektif terhebat di dunia, L (Keith Stanfield). Yang menjadi pertanyaannya adalah bagaimana cara L mengerucutkan langsung penyelidikan kepada Light? Jika di manga diperlihatkan secara global lalu terus mengecil hingga ke Jepang dengan logis.

Wingard dan kolega sepertinya tak tahu apa yang sedang mereka sarar. Karakter mereka buat relatif sama dengan yang di manga, namun mereka ogah untuk merengkuh esensi dari materi aslinya.
Manga Death Note memang punya elemen supranatural, namun ini hanyalah gimmick karena yang membuat kita antusias adalah adu kecerdasan, saling membaca strategi antara L dan Light dan ambiguitas moral antara keduanya. Permainan kucing-kucingan keduanya adalah bagian terbaik dari manga.
Namun disini dikesampingkan karena masalah lebih berfokus kepada mendapatkan perhatian cewek.
Apa tujuannya membuat demikian? Jika jawaban yang di beeikannya memuaskan sih oke, tapi ini masalahnya lain. Perubahan poin plot ini terasa serampangan, tanpa tujuan. Kenapa mereka tidak mengganti saja keseluruhan tokohnya dengan baru.

Yang menarik dari Death Note versi ini hanya seorang Ryuuk yang diperankan oleh William Dafoe, casting yang luar biasa cocok. Aura sadis menguar dari suara asli Dafoe sangat cocok dengan karakter Ryuuk yang suka bercelutuk den terkekeh keji. Sayangnya tim produksi tak tahu harus meletakkan dimana karakter ikonik ini. Kita tak pernah tahu dengan benar alasan kenapa Ryuuk menjatuhkan bukunya atau ia tertarik kepada Light, karena Light disini adalah sosok yang membosankan. Kita bisa menghilangkan katakter Ryuuk dari plot dan gak merasakan perbedaannya.


Memang Death Note versi ini kacau dalam segala aspek. Tone-nya berantakan, motif karakternya tak jelas, plotnya amburadul, dan yang lebih keji, perubahan yang dilakukan oleh pembuat film terhadap materi aslinya sama sekali tak memerikan signifikasi apapun. Saya rasa Wingard dkk membuat film ini tanpa mempelajari materi orisinilnya, hanya membaca premisnya dari Wikipedia. Sepertinya sineas Hollywood harus belajar lebih giat lagi jika ingin mengadaptasi karya Asia jika tak ingin di cemooh seperti film ini dan juga Dragon Ball. Patut dinanti karya Naruto Live Action dan juga One Piece yang sedang dalam tahap pembuatan. 

Ps : bagi yang ingin menyaksikan Death Note di pc, laptop atau smartphone bisa browsing langsung kafena sudah tersedia versi bagusnya. 

Death Note : 1/5
100 menit : bimbingan orang tua/remaja
RIZALDI : 2 September 2017

Sutradara : Adam Wingard
Penulis : Charles Parlapanides, Vlas        Parlapanides, Jeremy Slater
Pemain : Natt Wolf, William Dafoe, Margaret Qualley

Comments