IT (2017)


Dalam sebuah media online saya pernah membaca jika IT merupakan karya tersulit untuk di adaptasi lantaran kompleksitas substek juga "katanya" paling menakutkan. Dan gurauan tersebut bukan isapan jempol semata, setidaknya mini seri televisi hasil kreasi Tommy Lee Wallace buktinya. Dan semuanya di bawah standar, itu menurut saya pribadi. Jadi ketika Andy Muschietti (Mama) mengambil keputusan untuk membuat IT ulang dengan kemasan lebih segar tentu skeptisme akan menghampiri, terlebih setelah kebanyakan kasus adaptasi novelnya Stephen King berakhir gagal. Tapi siapa sangka jika Muschietti mengerjakannya dengan sangat baik.

Alkisah pada tahun 1989 (aslinya 1950-an) di Derry, sebuah kota kecil yang diselimuti hilangnya banyak anak-anak termasuk di antaranya Goerge (Jackson Robert Scott), adik Bill (Jaeden Lieberher). Momen hilangnya Goerge menjadi ajang perkenalan kita dengan It/Pennywise (Bill Skarsgard), entitas jahat yang kerap mengambil wujud badut dan beraksi sebagai pemangsa anak kecil setiap 27 tahun sekali. Penampakan Pennywise bagai pernyataan Muschietti jika yang ia kerjakan berbeda dengan mini series- nya, versinya tak ragu untuk memberikan kita "kegelapan" lebih, baik dari segi ceritanya maupun aspek kasat mata lewat gore penyusun gambar nasib para bocah.


Saya nyaman menyaksikan versi Muschietti ini, ia menciptakan IT versinya sendiri bersama spirit musim panasnya, juga semangat coming of age dari darah muda yang penuh energi. Semua berjalan mulus tanpa beranjak terlalu jauh dari versi aslinya. Muschietti bersama penulis Cary Fukunaga, Chase Palmer, dan Gary Dauberman meng-upgrade semuanya,dimana kali ini lebih menekankan pada sisi traumatis dan ketakutan masa kecil serta melakukan yang tak pernah bisa dilakukan versi televisinya termasuk dengan cerdas menginjeksinya dengan kombinasi mood gelap terang yang dinamis. Tiap kemunculan Pennywise menghasilkan sensasi dingin menusuk tulang bersamaan dengan balutan atmosfer creepy seperti yang telah di tunjukkan pada debut film panjang pertama Muschietti, Mama.

Di sisi lain ada kehangatan terpancar dibalik persahabatan tujuh bocah pecundang kota kecil yang tergabung dalam "the losers Clubs" yang kental dengan semangat ala-ala Stand by Me, The Goonies, Super 8 dan juga tak ketinggalan Stranger Things dengan segala keluguan, romansa cinta monyet dan keingintahuan besar mereka untuk menyibak misteri anak hilang yang berujung pada usaha mereka mengalahkan kekuatan terbesar dalam diri mereka yang diakibatkan teror Pennywise.

Sebagai sebuah sajian horor sudah barang pasti tingkat suksesnya di takar berdasar "teror" yang di hasilkan di bioskop. Meski rasa takut itu terasa subjektif, namun secara keseluruhan Muschietti telah melakukannya dengan baik. Dunia yang dibentuknya memberikan kesan seram sejak adegan pertama bergulir, memancarkan rasa depresif dan suram dibalik manisnya kisah persahabatan. Dan ketakutan terbesar disini dihasilkan oleh Pennywise, bukan hanya untuk coulrophobia (fobia badut), melainkan untuk semuanya. Bill Skarsgard sukses memberi kesan jika badut lebih menyeramkan dibanding setan wanita berambut panjang. Pennywise kali ini dihadirkan lebih menyeramkan dari sekedar make-up, berwajah seram serta berkostum norak. Ia ancaman sejati IT yang mampu menggoda sekaligus menebar teror dari ketakutan terbesarmu yang diwakili setiap karakternya. Tak hanya teror visual, namun lebih menyentuh wilayah-wilayah personal, lebih dalam dan lebih berat seperti; rasa takut akan kesendirian, kehilangan, bullying, rasisme, pelecehan seksual, semuanya berhasil dikemas tanpa menjadi vulgar namun tetap mengena.


Jangan harap IT bisa ramah terhadap penonton muda hanya karena melihat barisan aktor/aktrisnya berisikan bocah baru gede. Seperti yang dilakukan Guilermo Del Toro dalam Pan's Labyrinth, Muschietti mencoba untuk menghancurkan tiang kokoh yang menganggap horor berisi anak-anak itu lembek. Ia memberi porsi kegelapan cukup kental serta ancaman tanpa ampun, ia tega mengkreasi kematian mengenaskan melalui pembunuhan sadis, mutilasi oleh Pennywise maupun yang lebih mengerikan, remaja bermasalah, juga umpatan "f**k". Namun IT bukan hanya menyoal tentang takut-menakuti, Muschietti memberikan nuansa ceria, kehangatan, pula emosional dibalik segala terornya.

Musik Benjamin Wallfisch bak merangkum keseluruhan film, meski menekankan atmosfer mencekam sesekali terdapat alunan megah bernuansa old school yang menyimpan harapan dan hati ditengah kepungan ancaman. Penonton menghabiskan lebih dari dua jam tersentak, berteriak, terpaku, tak hanya dipicu ketakutan sendiri, sebab kita tahu begitu film tutup durasi kita akan selamat. IT tak hanya tersaji sebagai horor menakutkan tapi juga sebagai sebuah drama pendeqasaan dan persahabatan yang menyenangkan, emosional, dan personal.


IT : 3.5/5
135 menit : dewasa
RIZALDI : 7 September 2017

Sutradara : Andy Muschietti
Penulis : chese Palmer, Cary Fukunaga, Gary Dauberman
Pemain : Bill Skarsgard, Jackson Robert Scott, Jaeden Lieberher

Comments