AMERICAN ASSASIN (2017)


Dunia aksi spionase, dunia usang yang telah di bolak-balik oleh bermacam sineas baik dalam maupun luar negeri, namun dari sekian banyak ada beberapa yang meninggalkan bekas dan dapat di kata sebagai salah satu film dunia mata-mata terbaik yang pernah di buat. Tetcatat ada James Bond, Bourne Series, Mission Impossible, Jack Reacher yang layak masuk daftar tontonan menarik. Dan tahun ini hadir lagi film bertema serupa dengan tema American Assasin.

Disadur dari novel rekaan Vince Flynn, American Assasin berkisah Mitch Rapp (Dylan O'Brien), seorang remaja tanggung yang mencoba untuk membalaskan dendam setelah mereka merenggut seluruh harapan dan kebahagiaan hidupnya yang baru saja di dapat lantaran lamarannya di terima sang pacar, Katrina (Charlotte Vega). Baru sesaat setelah sorak sorai akibat di terimanya lamaran tersebut keadaan menjadi sebuah bencana besar, tanpa permisi dan sebagainya, segerombol orang mebembak secara membabi buta menghancurkan apa saja yang ada di sana termasuk para pengunjung pantai yang sedang sibuk menyelamatkan diri masing-masing. Dari sekian banyak korban yang jatuh akibat gembong teroris pimpinan Adnan Al-Mansur (Shahid Ahmed), pacarnya Mitch termasuk di dalamnya. Mengetahui akan kematian sang pacar kemarahan Mitch pun memuncak serta sempat membuatnya terpuruk, namun setelah bangkit ia menggembleng dirinya sedemikian rupa hingga menjadi kuat, emang tahu dari mana? Tahu dari sikapnya yang suka memancing keributan. Si sasana MMA, ia menghajar teman sparingnya. Di area menembak ia seenak jidat menembak semua target, meski tepat sasaran sih. Di rumah ia dengan gaduh meninju sansak hingga para tetangga protes. Oh satu lagi, ia sekarang menumbuhkan jenggot lebat, bukankah orang tangguh harus mempunyai jenggot lebat. Dan juga ia belajar bahasa Arab dengan tujuan dapat menyelinap dalam sangkar para teroris dan juga menumpas habis seluruh teroris tersebut.

Jujur saja, pagelaran aksi yang tersaji dalam American Assasin melebihi ekspektasi saya sebelum menonton, melalui adengan pembuka berintensitas tinggi yang secara cepat berganti haluan dari romantis menjadi horor membuat penonton mendapat sentakan hebat dari Michael Cuesta (Kill The Masseger). Kombinasi antara gerak kamera tangkas, penyuntingan dinamis serta tata suara tajam membuat kita selayaknya sedang berada di tempat kejadian, di pantai Ibiza, Spanyol,  pantai yang ramai di kunjungi para pesepakbola dunia tersebut bersama para pengunjung lainnya sedang lari berhamburan kemana-mana demi menyelamatkan diri masing-masing di temani desingan peluru, serta gelimpangan mayat berserakan dimana-mana. Bila saya terka, mungkin Cuesta terinspirasi dari penyerangan di Tunisia pada 2015 silam yang menewaskan 37 turis dalam mengkreasi adegan pembuka ini. Adegan pembuka juga berfungsi sebagai pengingat kepada para penonton jika Cuesta tak segan untuk berbrutal ria dengan menyajikan rentetan aksi bertegangan tinggi hingga American Assasin tutup durasi.


Memang gertakan Cuesta bukan omong besar, terbukti setelah ia (Dylan) di rekrut CIA dan dilatih langsung oleh sang batman, Stan Hurley (Michael Keaton) hingga kemudian diutus untuk menjalankan sebuah misi mencegat seorang pria misterius berjulukan Ghost (Taylor Kitcsh) yang berencana memulai perang dunia III, semenjak ia terjun bersama rekannya asal Turki, Annika (Shiva Negar) kita di tunjukkan apa yang sedari tadi diperingatkan oleh Cuesta, adegan aksi dengan kebrutalan tinggi. Hingga adegan menjelang klimaks.

Namun bukan berarti American Assasin sudah layak menjadi film spionase kelas atas. Memang adegan aksinya dapat di akui, namun plotnya secara keseluruhan tak dapat di bandingkan dsngan film-film yang telah saya sebutkan pada paragraf si atas. Ceritanya tak bisa di buat lebih klise lagi dengan sumber konflik yang melibatkan pemicu nuklir. Oh ya, dan juga mantan agen pemerintah yang banting setir menjadi penjahat seperti di kebanyakan film aksi kelas B. Filmnya di garap dengan baik, namun tak ada karakteristik yang membuatnya beda dari yang lainnya.
Sebenarnya yang dibutuhkan oleh film semacam ini adalah tokoh utama yang berkarisma dan juga sekuens laga yang mendebarkan. Dan Dylan O'Brean menarik untuk dilihat. Dia bukan lagi remaja yang suka berlari kesana kemari seperti yang anda lihat dalam The Maze Runner, dia sekarang seorang pria tangguh, meski dengan rambut gaya anak band. Ia memberi amarah dan fokua yang cukup pada karakternya, dan Keaton, ia sepertinya tahu sedang bermain dalam film apa. Scott Adkins dan Shiva Negar tampil singkat namun memikat.


Saya bisa membayangkan bagaimana film ini mungkin akan menyinggung banyak pihak, terutama negara Islam, terlebih di saat sekarang ini, dimana seseorang sangat mudah tersinggung hanya dengan masalah sepele, hampir dengan segala apapun. Pemilihan antagonis berdasarkan paradigma sosiopolitis Amerika tentu akan memancing kontroversi. Ada juga adegan yang memeperlihatkan kekerasan terhadap wanita, meski secara naratif masuk akal, tapi tetap membuat lidah saya kecut saat menyaksikannya. Namun sepertinya kita tak perlu terlalu memikirkannya, toh filmnya sendiri juga tak terlalu memikirkannya. Elemen tersebut hanyalah dinamika plot demi menyuguhkan sebuah film aksi yang lebih bergantung kepada aksi daripada melibatkan aspek manusiawi, apalagi politik. Dan saya yakin anda akan langsung lupa sebagian besar jalinan kisahnya begitu keluar dari gedung bioskop.

American Assasin : 3/5
111 menit : dewasa
RIZALDI : 19 September 2017

Sutradara : Michael Cuesta
Penulis : Michael Finch, Stephen Schiff
Pemain : Dylan O'Brian, Michael Keaton, Taylor Kitcsh

Comments