DUNKIRK (2017)


Satu kata untuk menggambarkan suasana hatiku kala mendengar kabar salah satu sutradara handal handal Hollywood mengangkat salah satu peristiwa dari rentetan peristiwa bersejarah yang menghiasi dunia ini selama ribuan tahun, gak sabar.

Kali ini tidak ada perjalanan antar galaksi antar dimensi, tak ada perjalanan menyusuri alam mimpi, bukan pula pahlawan berkostum kalelawar berkedok pria kaya yang membasmi penjahat diseluruh kota kala para penduduk tertidur lelap. Dalam karya terbarunya bertajuk Dunkirk, sutradara Cristhoper Nolan memutuskan untuk tetap menjejakan kaki di semesta yang sangat kita kenal, sang kreator Inception dan The Dark Knight trilogy ini mencoba untuk merangkul realita tentang perang dunia ke II. Diantara setumpuk tema perihal 'teror, kemanusiaan, dan keajaiban' Nolan memilih untuk mem-bahasa gambar-kan tragedi peristiwa evakuasi Dunkirk yang bersangsung sedari 26 mei hingga 4 juni 1940. Sebuah bahasan yang cukup "seksi" untuk dikupas mengingat pahlawan pada peristiwa ini bukanlah para serdadu perang, melainkan rakyat sipil yang memenuhi panggilan mendadak pemerintah Britania Raya untuk membantu keberlangsungan proses evakuasi 400 ribu pasukan sekutu yang terdesak oleh pergerakan pasukan Adolf Hitler dari pesisir pantai Dunkirk, Perancis.

Nolan yang menurut pengkritiknya seringkali bermasalah soal drama, karya-karya sang sutradara tak menyimpan rasa, mempunyai kesempatan besar untuk meperbaiki reputasi ini melalui karya terbarunya. Meski tak mampu membantah tapi tak juga sepenuhnya setuju, toh kebutuhan akan hati baru mencapai urgensi kala Intersellar menyajikan kisah ayah anak, selebihnya nolan lebih menekankan kepada gemuruh dengan spectacle tinggi.

Dalam proses demi memuaskan para pengkritiknya, Nolan membuat Dunkirk menjadi tiga cabang. The Mole, mengisahkan usaha angkatan darat sekutu kabur dari serangan pasukan Jerman di bibir pantai Dunkirk melalui sudut pandang prajurit Inggris, Tommy (Fonn Whitehead). The Sea, mengambil perspektif Dawson (Mark Rylance) bersama putranya, Peter (Tom Glynn-Carney) dan seorang remaja bernama George (Barry Keoghan), salah satu dari sekian banyak warga sipil yang memberanikan diri menyebrang lautan demi menjeput prajurit di Dunkirk. Terakhir adalah The Air, menyoroti usaha tiga pilot Spitfire, termasuk Farrier (Tom Hardy). Masing masing cabang berlangsung selama satu minggu, satu hari, dan satu jam.


Kegemaran Nolan kembali terlihat, ia masih gemar bermain-main dengan persepsi waktu, dalam menuturkan kembali salah satu peristiwa bersejarah ini ia menggunakan metode non-linear dengan harapan dapat tersaji lebih menarik. Saling berkesinambungan, namun tak berurutan. Menarik, sebab kerap lahir baru nan berlainan, yang bagi tiap-tiap tokoh akan memproduksi ingatan yang berbeda-beda akan peristiwa tersebut. Bagaimana ditengah kekacauan yang melibatkan ratusan ribu manusia, bermacam persepsi akan tercipta. Juga bagaimana tanpa disadari, tindakan orang tak dikenal berdampak besar akan dirinya.

Sulit dipungkiri bahwa Nolan menghadirkan Dunkirk sebagai pengalaman sinematis yang memikat, elemen teknisnya berada di tingkatan teratas. Lihat bagaimana cakapnya kinerja Hoyte Van Hoytema yang pernah berkerja sama dengan Nolan sewaktu melensakan setiap gambar di darat, air, dan udara secara mengagumkan, sehingga rekonstruksi peristiwa evakuasi Dunkirk dalam bentuk adegan terasa begitu meyakinkan. Penonton seperti sedang bersama para pejuang yang kelelahan menanti datangnya kapal sembari berharap-harap cemas akan ajal yang senantiasa menjemput. Kegemilangan visual ini juga turut memperoleh sokongan dari departemen tata suara yang berhasil mengkreasi suara gemuruh pesawat, desingan peluru, dentuman bom, bahkan deburan ombak dengan akurasi tinggi juga iringan musik Hans Zimmer membantu mempertajam suasana medan pertempuran. Dari segi teknis sungguh Dunkirk tanpa cela.

Lantas dengan segala keunggulan yang ada, apakah serta merta membuat kita mengagumi dan mencintai karya terbarunya Nolan ini? Meski urusan cinta itu relatif, bagi penulis sendiri Dunkirk hanya sebatas mengagumi. Alasannya, ketiadaan penanda pergantian waktu yang mana disengaja demi menggambarkan ambiguitas pemahaman tokoh akan detail situasi justru melemahkan narasi. Sulit mengidentifikasi apakah sebuah peristiwa baru kita lihat atau pengulangan dalam sudut pandang baru tanpa keberadaan transisi pasti. Ditambah lagi, mayoritas durasi berisi kekacauan yang mirip.
Alasan lainnya karena "rasa", sedari film buka durasi Nolam urung memacu rasa melalui heroisme kental unsur kemanusiaan.

Ada kekosongan ketika totalitas eksekusi itu jarang mengguncang perasaan, baik haru melihat perjuangan umat manusia maupun rentetan aksi tiada henti. Namun kemudian diriku sadar jika tokoh-tokohnya tak kukenal lantaran Dunkirk disajikan sebagai event alih-alih sebagai karakter-sentris. Konteks manusia disini lebih kepada "sekumpulan individu dalam suatu peristiwa" ketimbang individu unik berkepribadian serta berlatar belakang lengkap. Dampaknya sulit tercipta kepedulian walau mereka berulang kali tenggelam atau terjebak ditengah hujan bom, hingga jadilah cerita "kemanusiaan yang urung memanusiakan manusia" walau cast-nya solit di berbagai porsi, kecemasan Cillian Murphy, ketegangan dibalik heroisme Tom Hardy, kehangatan sosok ayah Mark Rylance, dan debut personil One Direction, Harry Styles cukup sukses.


Andai Nolan mempersilahkan film dibubuhi lebih banyak rasa tanpa harus menahan-nahan emosi bisa jadi Dunkirk akan lebih membekas dan montase diujung film akan lebih lama mengendap dalam benak. Jika dibandingkan dengan Saving Private Ryan dan Hacksaw Ridge yang notabene sama-sama berlatar perang dunia II, teror dalam Dunkirk tidaklah seberapa, hingga sulit untuk mendaulatnya sebagai film bertema perang dunia II terbaik yang pernah dibuat. Mungkin Dunkirk sejatinya masterpiece jika ditilik dari sudut pandang lain sebagaimana perbedaan perspektif yang menimpa tokoh-tokoh didalamnya, namun untuk sementara Dunkirk merupakan karya terlemah Cristopher Nolan, para pengkritiknya kembali benar.

Catatan : sebaiknya pelajari peristiwa Dunkirk terlebih dahulu sebelum menonton demi mendapatkan kepuasan maksimal.

DUNKIRK : 3.5/5
RIZALDI : 24 juli 2017 

IMDb : Rottentomatoes
106 menit : remaja

Sutradara : Cristopher Nolan
Penulis : Cristopher Nolan
Pemain : Tom Hardy, Mark Rylance, Tom Glynn-Carne, Barry Keoghan, Harry Styles

Comments