THE AUTOPSY OF JANE DOE (2017)


Horor tak musti harus dengan memunculkan hantu dengan tambahan kemunculan tiba-tiba ditambah iringan musik yang terkadang mengganggu. Masih terlalu banyak hal diluar itu semua yang mampu membuat bergidik ngeri hingga menutup wajah.


Setelah tahun lalu Babak Anvari meneror seisi bioskop dengan perasaan gelisah dengan suasana perang + jin melalui Under The Shadow praktis tak ada lagi yang mampu memberi kita perasaan serupa, pengecualian untuk sineas Hollywood (jika tak salah XD).
Tahun ini perasaan serupa kembali mencuat tatkala menyimak spectacle terbaru dari Andre Ovredal, sutradara Troll Hunter, sebuah film mockumentary Norwegia. Ini merupakan film berbahasa Inggris pertama Andre. Film ini sejatinya keluaran tahun baru, namun karena satu dan lain hal baru tahun ini berkesempatan mampir di bumi pertiwi.

Film dibuka dengan polisi yang sedang menyelidiki TKP pembunuhan massal saat tengah malam. Beberapa mayat ditemukan tewas mengenaskan, namun yang aneh di basement ada mayat seorang perempuan telanjang setengah terkubur. Tak ada luka serius ditubuh korban hingga timbul pertanyaan, bagaimana korban meninggal?
Demi mendapatkan jawaban esok paginya  mayat pun dikirimkan ke rumah otopsi milik keluarga Tilden. Yang menjadi peng-otopsi adalah Tommy (Brian Cox) beserta anaknya Austin (Emile Hirsch). Keanehan yang mereka jumpai tak terhenti kala mendapati tubuh korban mulus tanpa luka, tanpa tanda rigor mortis (kekakuan) sedikitpun, namun dalamnya hancur total. Matanya abu-abu, lidah terpotong, darah mengucur deras meski waktu kematian telah lama, organ dalam seperri terbakar dari dalam, mati karena penganiayaan kah? Siksaan macam apa yang diterima sang mayat hingga membuat tubuh bagian dalamnya sedemikian rupa namun luarnya mulus bagai personil JKT 48?

Paruh awal jalannya durasi itu antisipasi,
Selagi duet ayah-anak ini melakukan prosedur forensik kita di jejali sedikit demi sedikit detail tentang kematian sang mayat. Sang ayah memberikan penjelasan medis kepada anaknya selagi mereka melakukan pekerjaan tersebut (bagian ini cukup menarik), mengamati gingga detail terkecil layaknya Conan sedang memecahkan sebuah kasus.


Keanehan terus berlanjut hingga menyimpulkan jika kematian kali ini tak segampang biasanya. Jika biasanya kondisi mayat sedikit banyak menjelaskan sendiri penyebab kematiannya untuk kasus ini tak demikian, pelaku otopsi serta kita (penonton) di buat penasaran setengah mati dengan kasus mayat sang wanita ini.
Kala situasi diluar semakin parah karena ada badai yang akan datang praktis membuat kedua tokoh tersebut terjebak di kamar otopsi, tensi kengerian pun semakin menanjak. Lampu mulai berkedip kedip mengerikan, radio yang bersuara mengerikan, dan tentu ingat kan jika ini rumah otopsi maka properti yang ada disana dapat dipastikan mengerikan.
Kengeriannya begitu terasa meskipun saat lampu menyala sekalipun, atmosfer horornya begitu kuat.

Panjang durasi yang tak sampai satu setengah jam mampu dimaksimalkan dengan baik oleh Andre untuk membuat seisi bioskop "mengintip" melalui selah selah jari tangan masing masing. Karakterisasi di film ini dipaparkan dengan minimalis, tanpa sub-plot drama yang berlebihan, namun pasangan ayah anak ini mampu meyakinkan kita tentang dinamika hubungan mereka.
Mayat di The Autopsy Of Jane Doe bukan properti melainkan aktor sungguhan asal Irlandia bernama Olwen Kelly, aktingnya sebagai mayat terbujur kaku hampir sepanjang durasi mendapat pujian dari berbagai kalangan, enak ya aktingnya cuma tidur doang XD.


Paruh akhir adalah ajang unjuk kebrutalan,  yang terlihat agak menggelikan dan kuyakin Andre pun sadar akan hal itu hingga ia berusaha membayar dengan sekuens penuh darah.
Bagi tenaga medis terutama bagian bedah, apakah dokter spesialis ataupun perawatnya film ini merupakan tontonan wajib untuk menambah pengetahuan.

Tambahan ; film ini 18+, jika belum punya KTP harap jangan nonton dulu XD. Satu lagi, jika ada yang nyari film horor tapi gak ada hantunya film ini merupakan rekomendasi dari film dan manga.

Rating : 3,5 / 5.

Comments