KING ARTHUR : LEGEND OF THE SWORD


Apa yang pertama kali timbul di benak kalian jika nama Guy Richie (Sherlock holmes I dan II, The Man From U.N.C.L.E, Snacth) membuat sebuah film? Keren, penuh energi, sekuens aksi yang mendebarkan? Atau semua yang kusebutkan tersebut terbungkus dalam satu paket complete?

Kali ini sang sutradara enerjik mengangkat kisah salah satu legenda termasyhur di Inggris yaitu King Arthur.
Setiap ia mendapat materi tentang kisah klasik kemungkinan besar ia akan menyulapnya menjadi brandal yang berbeda dari cerita aslinya, entah kenapa aku berharap Richie membuat film tenyang Albert Einstein, Sherlock Holmes sudah membuktikannya (dengan slow-motion pula). Ia memanfaatkan ketidak jelasan cerita King Arthur yang sebagian mengatakan legenda sebagian lainnya mengatakan bahwa ia hanya cerita rakyat untuk ber kreasi sebisa mungkin bersama Lionel Wigram dan Joby Harold untuk membuat versinya sendiri.


Film dibuka dengan penyerbuan penyihir bernama Mordred (Rob Knighton)
Menyerang kastil tempat ayahnya Arthur (Eric Bana) tinggal, dan sang ayah mampu melawan dengan oedang excaliburnya namun sang adik yang melakukan kudeta Vortigern (Jude Law) berhasil membunuhnya dan naik tahta, pedang excalibur hilang, sang anak berhasil diselamatkan dengan menghanyutkannya ke perahu dan tertambat di rumah bordir.

Di rumah tersebutlah Arthur (Charlie Hunnam) hidup, lupakan pesona kebangsawanan serta terhormatnya, Arthur  disini seorang berandal, begal, dsb. Masa muda yang dirangkum dalam sebuah montage hiperaktif diiringi scoring enerjik dari Daniel Pamberton, diasuh psk, menjadi buruh, hingga berlatih martial arts.

Dengan mengambil keputusan tersebut maka Richie telah meniadakan satu babak penting, yaitu pengembangan karakter, namun King Arthur cuma punya satu tujuan, terlihat asyik, cuma itu doang. Namun itu tepat karena "asyik" tersebut tersampaikan disini, ambil saja contoh saat perbincangan sederhana Arthur dengan para begundalnya saat sedang merencanakan eksekusi untuk Vortigern.
Namun saat pertengahan durasi script gubahan Richie seakan hilang daya cengkramnya, karakternya bertingkah terlalu serius, Arthur yang semula bad boy pun demikian hingga aura tersebut hilang, sangat disayangkan padahal Charlie Hunnam piawai dalam menangani karakterisasi tersebut. Tak ada lagi celotehan tokoh saat mereka bertarung, hanya sekedar tebas menebas syat syit syut menggunakan pedang, sungguh terasa hambar.


Debut sang maestro sepakbola David Beckham di dunia akting tak seindah seperti saat ia mengeksekusi bola mati dulu. meskipun hanya muncul sebagai cameo tapi tak dapat dipungkiri jika sang superstar lah salah satu penyebab dari sekian sebab yang melatar belakangi orang orang menuju gedung bioskop.

Adengan pamungkasnya tak se 'wah' adengan pembukanya, plot pada saat menyentuh area fantasi terkadang berlebihan. King Arthur : Legend Of The Sword adalah spectacle 2 jam lalu yang mudah terlupakan, di beberapa bagian payah, namun saat ia dalam mode hiperkenetik King Arthur menjelma menjadi suatu yang keren gila, pecah!!. menurutku ini yang terbaik dari 37 film serupa yang pernah dibuat, cukup menyenangkan.

Rating 3,5 / 5

Comments