CRITICAL ELEVEN (2017)


Jika biasanya pertanyaan familiar yang menyeruak saat menyaksikan film romansa adalah 'apakah cinta mereka akan bersatu?' atau begitulah kira kira, maka di Critical Eleven sekelumit pertanyaan yang akan timbul adalah bagaimana memperbaiki sesuatu yang telah hancur tersebut? Ataupun akan kah mereka dapat bersatu kembali?
Di adaptasi dari novel berjudul sama karya Ika Natassa film ini mendapat respon hangat hampir dari semua kalangan meskipun sempat di terpa isu tak sedap akibat poster film yang menunjukkan bintangnya berciuman. Sebagai penulis Ika tak diragukan lagi kapasitasnya, karyanya selalu dinanti para penggemar. Critical Eleven termasuk salah satu masterpiecenya Ika, terbukti meraih gelar best-selling hanya sebelas menit setelah pre order nya dan di cetak ulang hingga berkali kali. Maka tak heran jika para produser film mulai melirik karya karyanya untuk diangkat ke layar perak. Apalagi sekarang film dalam negeri lagi keranjingan mengadaptasi novel novel laris sebagai karya mereka.

Di derek oleh duo Robert Ronny (Hatrick) dan Monti Tiwa (Sabtu Bersama Bapak) Critical Eleven menggandeng sejumlah aktor ternama tanah air, terutama di barisan tokoh utama ada seorang Reza Rahadian (reza lagi reza lagi haha) yang sudah tak diragukan lagi kualitasnya serta Adinia Wirasti, ini merupakan proyek ketiga yang menyatukan mereka setelah Kawin Kontrak dan omnibus Jakarta Magrib, maaf jika salah Lol.


Mengawali semuanya dengan romantis tanpa konflik yang berarti ditambah latar New York yang sedap dipandang mata, Critical Eleven mulanya adalah gambaran sempurna sebuah pasangan pengantin baru yang di mabuk asmara, mapan, rupawan, memiliki pekerjaan yang menarik, namun tatkala konflik mulai menguap seketika alur serasa bergejolak walau terkadang merasa berlebihan dan terkesan mubazir.

Kita memang paham betul bagimana rasanya saat menantikan sesuatu namun gagal terwujud, pasti menyesakkan. Begitu pula Ale (Reza Rahadian) dan Anya (Adinia Wirasti) rasakan saat penantian meraka akan buah hati hasil pernikahan mereka gugur meninggalkan mereka berdua sebelum melihat dunia, pasti sakit. Namun yang jadi persoalannya perlukah kedukaan mereka terus menjadi tarik ulur yang berkepanjangan? Terasa melelahkan untuk diikuti, karena kekuatan akting Reza dan Ardina telah telah mewakili itu semua. Melalui mimik wajah, sorot mata mereka yang melambangkan kerapuhan itu saja sudah cukup mewakili sebenarnya tanpa harus memberi kesan lebay.


Salah satu kunci suksesnya film romansa adalah seberapa jauh penonton menginvestasikan  emosinya teehadap prontagonis dalam memperjuangkan cinta. Untung akting Reza dan Adinia cukup memberikan perasaan yang kuat, mendominasi layar dan berhasil mengobok obok emosi penonton sedemikian rupa dengan keadaan mereka yang mula bahagia kemudian dilanda kesedihan yang meretakkan jalinan cinta mereka. Jajaran pemain pendukung pun cukup mengukuhkan standar film ini, khusus untuk Widyawati dan Slamet Rahardjo, mereka berdua seakan terkoneksi dengan baik seperti pada momen pembicaraan Ale-ayah dan Anya ibu yang dilakukan di tempat berbeda, dengan kejelian sang sutradara dalam menampilkannya bergantian ayah dan ibu ini saling mengisi, sungguh memikat. Dengan momen ini juga Critical Eleven mengukuhkan peran keluarga yang di dorong rasa cinta demi menemukan jalan keluar untuk sang anak dan menantu, karena hubungan suami istri adalah hubungan penyatuan, bukan cuma mereka bersua saja, banyak yang terlibat.

sinematografi memukau dari Yudi Datau yang menampilkan gemerlapnya malam kota New York menambah kesan romantis, cerita yang sederhana namun begitu bernilai sebab sangat jarang kita dapati romansa kita menyinggung kepekaan ditambah kedalaman seperti ini. Tangisan yang keluar dari pelupuk mata bukan sekedar manipulasi namun dipicu tersampaikannya maksud dari cerita.
Naskah Jenny Yusuf masih cukup sukses membawa kesan tak dibuat buat dialog nya mengena walaupun sederhana hingga cekcok kecil keduanya, namun kesulitan menerjemahkan konflik utama yang sejatinya bisa dipangkas hingga menjadi lebih masuk akal dan efisien.

Critical Eleven merupakan wujud keindahan yang nyata dari sebuah kisah romansa. Sebuah jalinan kisah yang indah luar dalam, menyentuh, penuh makna, jika dimuat dalam satu kata MENAKJUBKAN.
RATING : 4 / 5

Comments