THE FATE OF THE FURIOUS



Tak ada yang mustahil, menghidupkan tokoh yang sudah mati, kawan menjadi lawan, seperti sebuah anime lawas Jepang Dragon Ball, itulah yang sedang dilakukan para pembuat film di Hollywood.
The Fate of the Furious” bercerita tentang Dom (Vin Diesel) dan Letty (Michelle Rodriguez) yang tengah bahagia menikmati bulan madu mereka, sedangkan Brian dan Mia memutuskan pensiun dari tim yang dipimpin Dom itu. Sementara itu, seluruh anggota kru yang lain juga telah beralih profesi dan menjalani kehidupan normal.

Di saat kabar tentang film ini mengemuka dengan premis seorang Dominic toretto sang alpha male menjadi penghianat keluarga seketika membuat para penggemar antusias.


Banyak yang beranggapan bahwa installement ini tak akan terus digulirkan, mengingat apa yang terjadi pada salah satu aktor utamanya, Brian O'connor dan perpisahan manis di penghujung Furious7.

Namun pundi pundi dollar memaksa para para petinggi studio untuk "membangunkan" kembali keluarga ini, di nahkodai oleh F. Gary Gray (The Italian Job, Law Abiding Citizen, Straight Outta Compton), akhirnya saga ini memasuki installement ke 8 dengan tajuk The Fate Of The Furious.

Tidak ada yang namanya istilah pensiun dan hidup tenang bagi karakter franchise ini, selalu ada masalah yang datang.
Dom (Vin Diesel) dan Letty (Michelle Rodriguez) tengah berbulan madu di Kuba sebelum cyber terorist bernama chiper (Charlize theron) memaksaya bekerja sama.

Sementara di sisi lain Luke Hobbs (Dwayne Johnson) mendapat tawaran merampok dengan iming iming imbalan yang menggiurkan. Ia pun mengajak Dom beserta "keluarga" untuk ikut serta, tapi tak disangka di akhir misi Dom mencelakai Hobbs dan kabur dengan pesawat anti radar.

Setelah mengetahui bahwa Dom di bawah pengaruh Chiper, Frank atau Mr. Nobody (Kurt Russell) kembali mengumpulkan anggota keluarga kali ini dengan tambahan Hoobs dan Deckard. Dengam misi membawa Dom hidup atau mati.
Yang menjadi pertanyaan kita apakah penyebab Dom berkhianat sampai hampir mengorbankan nyawa Letty ? Bukankah Dom penyayang keluarga.

Plot yang cukup menarik memang, membuat kita terus bertanya tanya sepanjang film apa alasan dibalik penyimpangan seorang Dom. Di luar plot lagi dan lagi, kita disuguhi kejutan demi kejutan yang membuat kita ternganga. Tak hanya dari balapan mobil keren, kali ini jalanan eksotis Kuba jadi saksi balapan tersebut di adegan pembuka, meskipun itu dengan mobil rongsokan. Berjatuhannya mobil mewah dari gedung pencakar langit, (ini menjadi pertunjukan paling gila sepanjang film), sampai puncak pemilihan lomasi yang cukup nyeleneh, yang kali ini gurun es Myvatn, Iceland sebagai arena kebut kebutan.


Banyak yang menyangsikan kelanjutan seri film ini, dikarenakan asumsi sulitnya melebihi kegilaan film sebelumnya hingga membuat para penggemar beranggapan film ini akan dibawa ke luar angkasa. Tapi fakta tidak berkata demikian. Pencurian brangkas (Fast Five), pendataran Dom di atas mobil (Furious 6, ada Joe taslim juga, lol.), penerjunan mobil dari pesawat hingga menyebrangi Burj Khalifa (Furious 7) adalah bukti bahwa kreatifitas pembuat filmnya tak luntur. Jika klimaks saat kapal selam mengintai dari bawah es bagai versi bombastis Jaws (lengkap dengan quote "we're gonna need a bigger truck), set piece aksi di New York bak diambil dari film berisi zombie yang berlari cepat.

Ratusan mobil yang tumpah ruah menghujani jalanan New York seperti Hot Whells  menghasilkan kekacauan massal dengan singkronisasi yang rumit, sungguh pameran kreatifitas yang berlebihan dan juga gila. Itu semua berhasil di kreasi dengan baik oleh F. Gary Gray, bukan hanya yang terbaik di seri ini tapi salah satu adegan serupa sepanjang masa.

Keunggulan lain terletak pada perkelahian tangan kosong, apalagi kala Luke Hobbs (Dwayne Johnson) dan Deckard terlibat. Keduanya mengandalkan gaya berbeda. Perawakan besar Johnson membuatnya meyakinkan sebagai monster brutal yang sanggup menghempaskan tiga orang sekali pukul. Sementara Statham mengembalikan ingatan penonton pada kejayaan The Transpoter lewat koreografi aksi teknikal di mana ia bergerak lincah melancarkan pukulan mematikan atau memainkan pistol. Sayangnya camerawork Stephen F. Windon kurang cakap menangkap deretan perkelahian karena penempatannya terlalu dekat dari objek, menyulitkan penonton melihat secara jelas.


Statham dan Dwayne memberi penampilan yang menarik ditambah dengan love/hate bromane reletationship dengan bentuk saling ejak dan ancam yang mengundang tawa. Roman (Tyere Gibson) masih menjadi badut dalam kelompok, sedang Charlize Theron dengan karisma yang dimilikinya dengan mudah melakonkan seorang antagonis bagai seorang penjahat berdarah dingin.

Kelemahan terbesar film ini adalah script yang ditulis oleh Chris Morgan yang tidak meninggalkan daya tarik disaat aksi dan kebut kebutan tak menghiasi layar. Dialog cheesy, tiada emosi beserta intik jadi penyebabnya. Plot dibangun berdasar kebetulan dan pengaitan paksa demi memudahkan jalan cerita. Namun mengkritisi itu semua bagi tatang je restoran cepat saji lalu mengeluh makanan disana tidak sehat.

Bersantai dan nikmatilah rentetan presentasi over-the-top yang sesuai dengan fungsi serta tujuan. Bukan saja seputar aksi, pula kisah kebersamaan keluarga seperti ditampilkan demikian dramatis oleh momen di penghujung film kala Dom terjebak di antara ledakan dahsyat. Pastinya formula tersebut sanggup menjaga bahkan menambah nafas franchise-nya untuk tahun-tahun mendatang.

Rating : 4/5

Comments