IN THIS CORNER OF THE WORLD (2017)
Setiap kali kata perang digaungkan maka ingatan/bayangan yang menyertainya adalah ketakutan, kengerian yang teramat sangat, entah itu dari perspektif orang dewasa maupun anak anak.
Kali ini In this Corner of The World, film yang mengalahkan Kimi No Nawa (Your Name) dan juga A Silent Voice (Koe No Katachi) dalam ajang bergensi di Jepang mencoba memberi kita susudt pandang yang berbeda.
Film yang juga berjudul Kono Sekai no Katasumi ni mengambil cerita persng dunia II sebagai benang merah cerita dengan fokus pasa 2 kota, pertama Hiroshima yang kuyakin kalian tahu apa yang terjadi disana, dan kedua adalah kure, kota pelabuhan angkatan laut terbesar di Jepang. Seorang anak bernama Suzu (Rena Nosen) sebagai tokoh utama yang menjadikan medan perang sebagai tempat penggemblengan diri, pencarian kasih sayang, pula mendapatkan rasa syukur.
In This Corner of The world memantik kembali ingatan mencekam saat kita di giring kembali ke tahun 1930-an saat Suzu masih kecil dan suka menggambar, ia tinggal bersama keluarganya di Hiroshima. Lalu berkluminasi ke 2940-an saat Suzu pindah ke Kure karena telah menikah dengan seorang angkatan laut bernama Shukaku (Yoshimasa Hosoya).
Kehidupan setelah menikah membuat Suzu harus bekerja lebih keras tuk men ukupi/menyiapkan kebutuhan rumah tangga, terlebih saat Kure dibombardir oleh serangan musuh kala perang mulai pecah.
Kehidupan setelah menikah membuat Suzu harus bekerja lebih keras tuk men ukupi/menyiapkan kebutuhan rumah tangga, terlebih saat Kure dibombardir oleh serangan musuh kala perang mulai pecah.
Alih alih mengeksploitasi derita, Sunao Katabuchi sang sutradara membuat alurnya lebih menekankan seorang Suzu yang dengan senang hati memutar otak mengakali situasi, seperti saat stok makanan menipis, alih-alih akan diperlihatkan gambaran keluarga yang kelaparan kita lebih dipertontonkan cara mereka memanfaatkan apa yang ada. Plus sentuhan homor yang senantiasa terjaga membuat pancaran aura positif terus menguat.
Para penonton di ajak untuk percaya bahkan dalam perang yang merupakan puncak dari segala tragedi sekalipun masih bisa didapatkan keindahan, senyum ikhlas, serta tawa yang lepas.
Visual yang tersusun atas goresan warna lembut juga gaya yang sederhana memberikan kesan keintiman serta mewakili kepolosan karakter utama. Sejak pertama Suzu diperlihatkan hingga ia tumbuh kembang, ia bagaikan tak beranjak dewasa. Seolah menetap disatu waktu. Bahkan terntara Amerika sampai memberinya coklat karena Suzu dikira anak anak. Poin ini sengaja ditampilkan agar kesan film dilihat melalui perspektif seorang bocah yang dapat menemukan keindahan didalam keburukan.
Meski begitu In This Corner of The world tak mencoba tuk jadi naif dengan mengesampingkan sisi tragis dari perang. Seiring meningkatnya bahaya ditengah memanasnya peperangan, naskah garapan Sunao Katabuchi bersama Chie Uratani memperlihatkan tajinya dengan membuat alur film makin serius dan mencoba memainkan perasaan penonton. Semua itu dikarenakan kuatnya pondasi kebahagiaan yang dibangun pada awal mula film hingga begitu awan hitam ketakutan mulai menaungi dampak emosi yang dibasilkan, juga kengerian menatap terjebaknya rakyat sipil di bawah hujan bom semakin besar.
Tak ada keraguan dalam menggunakan visual Ekspilist juga cukup banyak ikut andil dalam kelangsungan film. Pembangunan kesan miris yang (untungnya) belum mencapai tahap eksploitasi, masih dalam tahap wajar dari gambaran imbas perang yang merupakan proses alami dari tragedi. Prosesnya berjalan alami hingga membuat aliran Tone nya mengalir lancar tanpa keterpaksaan, namun sayang kelebihan ini gagal diikuti oleh perjalanan narasi.
Narasinya bergerak secara episodik, terlalu mencontoh manga berjudul sama karangan kono fumiyo sebagai sumber dasar untuk menjalankan jalinan kisah. merangkum sederet peristiwa singkat yang tak penting bagi keseluruhan kisah hingga membuat durasi mengular hingga 128 menit, alurnya acap melompat kasar antar potongan momen pendek, mungkin dikarenakan kurangnya biaya produksi.
FYI, In This Corner of The world mulanya dibuat melalui patungan dana para kru yang terkumpul sebesar 40 juta Yen, hingga kemudian datang seorang investor yang melunasi tunggakan dana sebesar 250 juta Yen. Dan hingga per 4 januari 2017 film In this corner of the world telah mendapatkan 1 miliar Yen dari hasil peredarannya.
Meminimalisir transisi demi menguatkan komedi melalui timing yang tak terduga.
Sang sutradara ingin membuat film lebih seperti sebuah ingatan yang singgah, berupa masa lalu Suzu, apakah tentang hangatnya makan malam bersama keluarga atau pengalaman melihat hantu tersimpan sebagai kenangan yang "sesekali" dikunjungi, dengan tujuan kita menemukan tujuan hidup dan cinta kasih.
Mengagumkan !!!
Sang sutradara ingin membuat film lebih seperti sebuah ingatan yang singgah, berupa masa lalu Suzu, apakah tentang hangatnya makan malam bersama keluarga atau pengalaman melihat hantu tersimpan sebagai kenangan yang "sesekali" dikunjungi, dengan tujuan kita menemukan tujuan hidup dan cinta kasih.
Mengagumkan !!!
Rating : 4/5
128 menit : remaja, drama, tragedy, histori
Sutradara : Sunao Katabuchi
Penulis : Sunao katabuchi, Chie Uratani
Pemain : Rena Nounen, Megumi Han, Yoshimasa hoshoya
Pemain : Rena Nounen, Megumi Han, Yoshimasa hoshoya
Comments
Post a Comment