Power rangers (2017)


5 remaja dari kota kecil Angel Grove, Jason (Dacre Montgomery), Billy (RJ Cyler), Zach (Ludi Lin), Kimberly (Naomi Scott), dan Trini (Becky G.) menemukan 5 koin kuno dalam sebuah kejadian di sebuah tambang. Paska kejadian tersebut, kelimanya tiba- tiba memiliki kekuatan super. Setelah diberikan pengarahan oleh sesosok alien kuno Zordon (Bryan Cranston) dan robot asistennya, Alpha 5 (Bill Hader), mereka berlima menjadi Power Rangers, yang bertugas untuk menjaga kehidupan di bumi dari ancaman Rita Repulsa (Elizabeth Banks).

Bisa dibilang tidak ada yang tak mengenal power rangers, mulai dari dari bocah ingusan, anak remaja alay keninian hingga emak emak yang ga asik pun mengenal atau setidaknya mengetahuinya.

Ditukangi oleh Dean Israelite, sutradara yang pernah membawa kita dalam sebuah petualangannya menjelajah waktu pada medio 2015 lalu dalam Project Almanac, Power Rangers versinya mencoba melakukan pendekatan yang lebih menyegarkan dan lebih kekinian.
Bukan ini kali pertama power rangers dibawa ke layar perak, jika pendahulunya mungkin hanya mencomot serial di tv dengan perpanjangan durasinya sehingga membuat fansnya kecewa. Hingga pada 2014 berhembus kabar pembuatan kembali power rangers dengan segala pembaruannya membuat para penggemar kembali bersuka ria.

Tapi semuanya berubah saat (negara api menyerang 😅)  kita mngaksikannya sendiri bahwa sama mngecewakannya versi sekarang dengan versi 2 dekade silam. masih terasa sama murahan dan dangkal, sama seperti para pendahulunya, tidak peduli sekeran apa  spesial efek visualnya yang mahal, tidak ada sesuatu yang benar-benar “wah” yang bisa membuatmu untuk mengingat lama versi ini, kecuali mungkin kostum Rita Repulsa yang seperti membuat Elizabeth Banks susah untuk bergerak.

Israelite memang menepati janjinya dengan segala pembaruannya, dunia baru, kostum baru, robot baru, cerita baru, tapi semuanya mudah ditebak. Dikemasnya dengan tone lebih gelap beserta tema tema LGBT, RAS, AUTISME, itu semua tak lebih dari sekkedar pemanis buat narasinya yang setengah matang.


power rangers sepertinya dibuat lebih untuk bernostalgia dari pada menargetkan pasa pasar umum khususnya remaja sekarang yang mungkin tidak mengenal apa itu power rangers.

Alur berantakan, narasi yang lemah serta para tokoh yang terlihat datar tanpa ekspresi adalah sekelumit problematika film ini. karakter Rita Repulsa mungkin akan terlihat lebih sangar ketimbang versi televisinya hanya jika ia diam, namun susah untuk tidak mengerutkan dahi bahkan tertawa ketika ia sudah beraksi, seperti orang sedang sembelit.
Penampilannya yang berlebihan membuat rita repulsa versi banks adalah bencana.

Semoga jika sekuelnya benar dibuat tidak akan jadi semengerikan ini.

Comments